Friday 1 January 2016

PERINGATAN DARI ALLAH SWT TENTANG HARTA (BAHAGIAN 2)



“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa yang diingini, iaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (syurga).” {Petikan dari Surah Ali Imran[Keluarga Imran](3:14)}

1.  Dalam posting kali ini enam lagi peringatan dari Allah SWT tentang harta disenaraikan, iaitu:

1.1.   KEUTAMAAN DALAM MENGINFAQKAN HARTA

1.1.1. Dalam Surah Al-Baqarah[Lembu Betina](2:177) Allah berfirman yang berbunyi:
 

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa,” 

(2:215) 

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”

1.1.2. Dalam Surah An-Nisaa[Kaum Perempuan](4:8) Allah berfirman yang berbunyi:
 

“Dan apabila sewaktu pembahagian itu hadir ahli keluarga, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
 
1.2.   CARA MENGINFAQKAN HARTA 

1.2.1.  Dalam Surah Al-Baqarah[Lembu Betina](2:272) Allah berfirman yang berbunyi:
 

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendakiNya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan kerana mencari keredaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, nescaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).” 

(2:274)



“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
 
1.2.2. Dalam Surah Ali Imran[Keluarga Imran](3:134) pula Allah berfirman yang berbunyi:


”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

1.3. KAEDAH PEMBAHAGIAN HARTA (FARAID)

Dalam Surah An-Nisa’[Kaum Perempuan](4:12) Allah berfirman yang berbunyi:
 

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki ataupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudarat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Pengasih.”
 
1.4.   MEWASIATKAN HARTA ADALAH WAJIB

Dalam Surah Al-Baqarah[Lembu Betina](2:180) Allah berfirman yang berbunyi:
    
 
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu bapa dan kaum kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.”
 
1.5.   HAK HARTA ANAK YATIM

Dalam Surah An-Nisa’[Kaum Perempuan](4:2) Allah berfirman yang berbunyi:


“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar.” 

                    (4:5)


“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”

(4:6)


“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kahwin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batasyang patut dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas kesaksian itu).” 

1.6. JANGAN MAKAN ATAU AMBIL HARTA ORANG LAIN DENGAN CARA SALAH

1.6.1. Dalam Surah Al-Baqarah[Lembu Betina](2:188) Allah berfirman yang berbunyi:


“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” 

1.6.2. Dalam Surah An-Nisa’[Kaum Perempuan](4:10) Allah berfirman yang berbunyi:
 


”Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” 

2.  Beringatlah selalu bahawa sepertimana anak-anak, harta juga adalah amanah Allah SWT kepada kita.  Setiap amanah  itu wajiblah dipikul sepertimana kehendak dan perintah dari pemberi amanah.  Kegagalan memikul amanah ini boleh membawa kecelakaan kepada diri kita.  Sesungguhnya harta itu  bukan untuk bermegah-megah.  Ia hanyalah barang pinjaman Allah kepada kita.  Allah boleh mengambilnya dari kita pada bila-bila masa yang Dia kehendaki.  Takutilah kepada satu perkara.  Lebih banyak harta kita miliki maka lebih banyaklah tanggungjawab kita kepada Allah.  Lebih banyak harta maka lebih lamalah masa hitungan/hisab Allah di Padang Mahsyar nanti.
   
“Manusia yang paling lemah ialah orang yang tak sanggup cari teman dan yang paling lemah daripada itu ialah orang yang mensia-siakan teman yang telah diperolehinya.” – Mutiara kata Imam Al-Ghazali

No comments:

Post a Comment